Rabu, 28 Desember 2016

Jangan beri aku harapan

Untuk apa lagi kau beri aku sebuh harapan, kalau hanya kamu malah pergi dengan yang lain

Mengingatmu mendatangkan kesedihan, menjatuhkan tetes demi tetes air mata yang begitu menyesakkan dada.

Aku yakin, dibalik semua kesedihan ini, ada kebahagiaan yang udah menunggu di depan sana

Bila kamu memang sudah tidak bisa, jangan pernah coba memaksa untuk tetap bertahan bersamaku di tengah kepedihan.


Cinta kita harus berakhir tanpa dendam dalam hati. Maafkan semua salah ku yang mungkin telah menyakiti mu.

Sudah tidak perlu lagi kamu tahu rasa rindu ini dan mungkin kini kamu telah bahagia. Tapi jujur, aku sangat merindukanmu.

Bila suatu saat nanti kita berpisah, jangan pernah kau lupakan semua kenangan indah kisah cinta kita.

Bukannya hati ini tak sakit dan bukannya hati ini tak hancur, bukan pula hati ini tak perih, namun hanya kepasrahan yang mengiringi”

aku yakin dibalik kesedihan ini tuhan telah mempersiapkan kebahagiaan buat aku

Kebahagiaan & kesedihan, memiliki cara sendiri untuk datang & pergi

Dilupakan oleh seseorang yg selalu kamu ingat adalah kesedihan yg paling sedih.

Terkadang apa yang dirasain nggak sama dengan apa yang ditunjukin, nutupin kesedihan dengan senyuman misalnya

Jujur ini meskipun tiada seorang pun yang bisa menggantikan mu dihatiku, tapi aku merasa nyaman dengan kesendirian ku ini

Malam yang begitu sunyi sehingga dilahap segala terang, hanya cahaya di matamu yang kejora di wajahmu yang purnama

Bersama denganmu aku merasa bahagia hidupku di penuhi dengan warna, tapi jika kamu tinggalkan aku mungkin yang terisa hanya derita

Aku memang manusia serba kekurangan, tapi setidaknya kasih sayang ini cukup untuk membuatmu bahagia walaupun tidak sepenuhnya.

Sepenuhnya ketulusan cinta itu bukan di cari tapi di resapi. Kamu gak pernah sadar dengan seseorang yang sangat tulus mencintaimu saat ia masih bersamamu.

Kenapa sikap kamu berubah tak perhatian lagi sama aku..
Jika aku punya salah aku minta maaf.. tolong jangan diamin aku kayak gini. kembalilah bersikap seperti dulu yang selalu perhatian sama aku.. aku sangat menyanyangimu.

Dulu awanya indah…
kau pernah bilang janji tidak akan membuatku menangis..
tapi sekarang kau buat aku menangis
dengan sikapmu yang sekarang tak peduli lagi sama aku..

Cinta itu adalah harapan yang sangat dalam, sehingga sangat dalam juga luka hati bila kamu mengkhianatiku

Terkadang dimana keadaan yang begitu sulit bukanlah tempat untuk mengeluh, tapi tempat di mana kita memulai perjalanan yang berkembang

Jangan pernah kau menunggu kesempatan yang sempurna, karena kamu akan kehilangan kesempatan yang tepat untuk menyayangiku

Kuatkanlah cinta kita, karena mungkin di saat status yang begitu sulit sekarang, tapi kehidupan ini tidak mungkin berbadai selamanya.

Mencintaimu lebih dari kata

Dicintai dan disayangi kamu adalah anugerah terindah yang tuhan berikan padaku.
Mencintai kamu butuh waktu beberapa detik, Namun melupakanmu butuh waktu ku seumur hidup.
Mungkin Tuhan sengaja memberi kita berjumpa dengan orang yang salah sebelum menemui insan yang betul supaya apabila kita akhirnya menemui insan yang betul, kita akan tahu bagaimana untuk bersyukur dengan pemberian dan hikmah di balik pemberian tersebut.

Jika esok pagi menjelang, akan aku tantang matahari yang terbangun dari tidur lelap nya.. Karena hanya sinar aku lah yang kelak akan mampu menghangatkan dinginnya hatimu.
Apabila salah satu pintu kebahagiaan tertutup, yang lain akan terbuka tapi selalu kita akan memandang pintu yang telah tertutup itu terlalu lama hingga kan kita tidak nampak pintu lain yang telah pun terbuka untuk kita. Buat apa berlari dalam kelam? Sedang kabut pun tak mau menyibak.
Biarlah semuanya berlalu, mimpi pun aku tak inginkan. Meskipun rindu ini tercipta untukmu.
Walaupun hari ini kau mengukir luka di hatiku. Aku akan tetap mencintai kamu seperti aku mencintai kamu kemarin. Cinta sebenarnya tidak buta. Cinta adalah sesuatu yang murni, luhur dan diperlukan.
Yang buta adalah bila cinta itu menguasai dirimu tanpa suatu pertimbangan. Saat bertemu, aku tak peduli. Saat kau pergi, aku selalu menanti kamu.

Apakah ini namanya cinta? Teman yang paling baik ialah seseorang yang kita boleh duduk bersama di dalam buaian dan berbuai bersama tanpa berkata apa-apa pun dan kemudian berjalan pulang dengan perasaan bahwa itulah perbualan yang paling hebat yang pernah kita rasai.
Kau datang di saat ke egoisan akan cinta tengah mendera. Membawa cahaya dan kedamaian, membuatku tidak mudah menyerah untuk merengkuh kisah cinta bersamamu. Dalam hati aku menanti, kuserahkan hati sebagai tanda ketulusan cinta. Ia cuma mengambil masa satu minit untuk jatuh hati pada seseorang, satu jam untuk menyukai seseorang, satu hari untuk mencintai seseorang tetapi ia mengambil masa sepanjang hidup untuk melupakan seseorang.

Penderitaanku adalah bayangan gelap bagi dirimu, saat kesetiaan menjadi alasan untuk mencampakanku! Aku takkan lari dari cintamu yang selalu memasungku. Kamu bisa memilih ingin bahagia atau sedih, dan apa yg kamu pilih itulah yg akn km dapatkan Begitu banyak emosi sampai terkadang sangat susah untuk dikendalikan Apapapun yang terjadi, tetaplah bersyukur sebab Tuhan selalu memberikan yang terbaik dan pasti tak akan mengecewakanmu ! Awal yang menakutkan. Akhir biasanya menyedihkan, tapi tengah itu lah yg paling penting.

Terkadang seseorg lebih memilih bodoh yg membuat mrka gembira, dari pengalaman membuat mrka sedih Sedih karna setiap hari tumbuh menjadi tua, tapi bahagia saat tau kamu semakin dewasa Jika kamu menabur air mata, maka km akan menuai kebahagiaan Siapapun bisa mati, kamu hanya memerlukan cukup keinginan untuk hidup, maka km akan terus bertahan Bukankah lebih baik menyalakan lilin dari pada harus duduk di dalam gelap, dan tidak pernah berniat untk pergi ke terang Jangan membuang waktu untuk mereka yg tidak ingin membuang waktunya untukmu.

Hati yang penuh syukur merupakan kebajikan yang terbesar, dan akan menjadi induk bagi segala kebajikan yang lain ! Jangan melihat kebelakang, jika kamu memang berencana untuk kembali ke masa itu Dalam hidup, apapun yg terjadi, jangan kamu sesali. Hal yang baik adalah kenangan indah, dan hal buruk adalah pelajaran berharga. Waktumu berharga. Jangan habiskan pada orang yg tak pernah menghargainya, karena kamu tak akan pernah mendapatkannya kembali. Dalam cinta, kamu tahu dia bukan orang yg tepat tuk hidupmu, ketika kamu merasa lebih sepi daripada ketika kamu masih sendiri. Menyakitkan ketika kamu rindu seseorang, tapi dia tak menyadarinya.
Rindu yg mengingatkanmu bahwa dia bukan bagian dari hidupmu. Jika dia yang kamu cinta tak juga menyadari betapa beratinya dirimu, kamu harus belajar melupakannya.

Dalam cinta, jangan mengharapkan seseorang untuk tetap bersamamu, jika yang kamu beri padanya hanya alasan tuk meninggalkanmu. Terkadang Tuhan tak memberikan apa yang kamu kamu inginkan, hanya karena Tuhan tahu apa yg kamu inginkan, bukan yang kamu butuhkan. Terkadang kita disakiti, tapi kita bisa memilih untuk menyembuhkan luka tersebut atau terus menangisinya. Tak semua orang yang membencimu mengatakan hal yang salah tentangmu. Terkadang mereka mengatakan yg sebenarnya.

Teori dan realita cinta

Cinta tak semanis yang dibayangkan
Terkadang datang keburukan dan perkara yang tak diinginkan
Meski segala ragu mengenai cinta tengah berkali-kali merajai pikiranku.
Namun aku selalu percaya bahwa jodoh tak pernah tertukar, dan takdir Tuhan tak pernah salah.
Setiap orang yang hadir, terkadang beberapa diantaranya hanya sekadar mengucapkan hello dan kemudian pada akhirnya pergi mengucapkan goodbye, beberapa diantaranya mungkin ada yang hanya sekadar lewat tanpa permisi, namun percayalah pada akhirnya akan ada seseorang yang datang dan tinggal menetap di kediaman hatimu.

Mungkin hatimu telah dipatahkan berkali-kali oleh cinta, mungkin kepercayaanmu telah dihancurkan berkali-kali oleh kebohongan dan pengkhianatan, mungkin segala perjalanan mengenai kisah cintamu hanya mengundang luka ketika mengingatnya.
Memang benar.
Karna cinta dan luka itu sepaket.
Siap mencintai, harus siap patah hati. Siap memiliki, harus siap kehilangan.
Satu yang ku yakini, dan teori yang memang aku percayai. Adalah teori ini :
Genggam terlalu erat, kau kan dilepaskan. Tak digenggam, kau kan kehilangan.
Teori ini bisa diibaratkan, ibarat kau menggenggam pasir.
Terlalu erat kau genggam pasir itu, dia akan tumpah dan jatuh kebawah.
Pun sama jika kau tak menggenggamnya.
Solusinya, peganglah, taruhlah diatas kedua tanganmu yang terbuka. Perlahan, namun pasir itu pun tidak akan tumpah.
Pun sama dengan perihal mencintai.

Kau boleh menggenggamnya, namun jangan terlalu erat karna kau genggamanmu kelak akan dilepaskan olehnya, kau kan ditinggalkan.
Namun bukan berarti kau tak menggenggamnya, karna jika tak kau genggam, kau sendiri yang kan kehilangan.
Mencintai itu tak salah, karena cinta itu tak pernah salah.
Yang salah adalah ketika kita memaksakan sesuatu tuk tetap tinggal.
Sedangkan menjaga itu perlu ketika kamu telah memilikinya.
Jangan dilepaskan, namun jangan dipaksakan.
Sebab cinta bukanlah paksaan, dia hadir dengan sendirinya tanpa permisi.
Terkadang dia tumbuh dengan sendirinya karena terbiasa.

Walau keadaan tak melulu berpihak pada hati, dan logika tak sependapat dengan perasaan.
Mencintai bukan berarti harus berambisi memiliki, karna cinta bukanlah ambisi tuk sekadar mendapatkan.
Percayalah kepada Sang Pemilik Hati di atas, karna takdir dan jodoh dari-Nya tak pernah salah alamat, tak pernah tertukar, dan selalu disediakan-Nya yang baik untukmu dan bukanlah yang terburuk.
Terkadang takdir tak sependapat dengan cinta yang saat ini telah singgah.
Takdir lebih berkuasa dari cinta yang telah tumbuh dan dirawat dengan sedemikian rupa.
Jika yang dicintai bukanlah takdir-Mu, percayalah jika memang waktu dalam buku takdir-Nya sudah tepat, maka akan dipertemukan olehmu, dan digantikan-Nya yang lebih baik dari seseorang yang sebelumnya telah diam didalam hatimu.

Cinta dan pujangga

Cinta tidak bisa berjalan sendiri harus ada bersamanya kesetiaan dan sayang
Cinta itu sementara, kasih sayang lah yang akan meneruskannya dalam kebersamaan yang penuh penerimaan.
Cinta tak selalu indah, tapi hati akan selalu indah dengan cinta
Cinta seperti anak panah cepat melesat menuju sasaran dan sangat sakit ketika ditanggalkan
Saat cinta datang sambutlah dengan senyuman, saat dia pergi maka ambillah pelajaran

Jangan berbicara tentang cinta dengan hati yang kosong, bicaralah saat hati terisi harapan
Jangan penuhi hati kita hanya dengan cinta, karena hati kita lebih luas dari cinta
Jadikan cintamu seperti kabut saat hujan turun dengan lembut, namun mampu menjadikan sungai meluap.
Jangan berikan semuanya untuk cinta, karena yang anda dapat hanya sebagian dari yang anda harapkan

Aku memang sibuk dengan urusan duniawi, namun saat berhenti aku hanya mengingat dirimu
Puncak rindu adalah saat kita saling diam dan secara tulus saling mendoakan
Syukurilah bahwa Anda masih memiliki orang yang mencintai Anda dan yang Anda cintai. Bertengkar sebagai sepasang kekasih tetap lebih baik daripada rukun sendirian.

Orang yang mencintaimu dengan meninggalkan Allah Ta’ala, yakinlah suatu saat dia akan sangat mudah meninggalkanmu
Ya Allah berikan aku cinta orang yang mencintaiMU agar bertambah kecintaanku padaMu

Minggu, 15 Mei 2016

Fly me to polaris

Aku harus mengendalikan diriku
Takkan kubiarkan siapapun melihatku menangis
Berpura-pura tidak peduli padamu
Berharap tidak memikirkanmu

Menyalahkan diriku sendiri karena tidak memiliki keberanian
Hatiku sakit hingga tak mampu bernafas
Tak bisa menemukan jejak kaki yang kau tinggalkan
Membuka mata mencari dirimu

Tapi aku tidak berdaya
Untuk membiarkanmu menghilang dari dunia ini
Tak bisa menemukan alasan menjadi kuat
Juga tidak mampu lagi merasakan kelembutanmu

Katakan kepadaku dimana letak bintang dunia
Apakah tempat itu memiliki akhir ?
Jadi aku memohon dibawah Hujan Bintang
Untuk membiarkanmu tahu bahwa aku mencintaimu


to my beloved ...

Selasa, 26 April 2016

Beautiful people

Hands out stretch, what you got
Give me your best and I won't turn you down
Cause you're always out to impress
You're always out to impress
You're always out to impress
This is the high life, nothing dragging us through the thorns
This is the best time to be young and then reborn
Live like we're gonna die
Do things we've never done before
This is the high life, the high life

No we won't say no
Beautiful people say go go go
Beautiful people don't stress stress stress
They never rest
Beautiful people say yes
No we won't say no
Beautiful people say go go go
Beautiful people don't stress stress stress
They never rest
Beautiful people say yes

Hands out stretch, what you got
Give me your best and I won't turn you down
Cause you're always out to impress
Always out to impress
Always out to impress

So come come come with me
Let's push on 'til the break of dawn
I love to party
And when I'm with you give me some
I've got the view you see
Ready set go I drop the bomb
This is the high life
The high life

Kamis, 14 April 2016

Ye ye ye

Don’t stop the music hear the sound
I really need it
Don’t stop the music feel the sound
I gotta have it
nae ma eum eur sa ro jab a now
Come join the party
ri deum e mom eur mat gyeo now
Hey are you ready
Crazy I need you on the floor
Let’s get down down down
You make it right
Dj dj turn it up
Don’t stop the dance dance dance into the light
Everybody say Ye Ye Ye
Everybody dance Ye Ye Ye
I wanna hear you say Ye Ye Ye
Come on and take a chance Ye Ye Ye
Everybody say (Yo dj) Ye Ye Ye
Everybody dance (Yo dj) Ye Ye Ye
I wanna hear you say (Yo dj) Ye Ye Ye
Come on and take a chace (Yo dj) Ye Ye Ye
Don’t stop the music hear the sound
I really need it
Don’t stop the music feel the sound
I gotta have it
nae ma eum eur sa ro jab a now
Come join the party
ri deum e mom eur mat gyeo now
Hey are you ready
Crazy I need you on the floor
Let’s get down down down You make it right
Dj dj turn it up
Don’t stop the dance dance dance into the light
Everybody say Ye Ye Ye
Everybody dance Ye Ye Ye
I wanna hear you say Ye Ye Ye
Come on and take a chance Ye Ye Ye
Everybody say (Yo dj) Ye Ye Ye
Everybody dance (Yo dj) Ye Ye Ye
I wanna hear you say (Yo dj) Ye Ye Ye
Come on and take a chance (Yo dj) Ye Ye Ye

Selasa, 12 April 2016

Ketidakjelasan

Yeahhh..
Semester ini penuh dengan kegejean kelas. Bayangin meenn, gue jadi ketua kelas. Ketua Kelas meenn. Ketua Kelas *apa coba* *biasa aja kali* *lebay amat*. Yoaa mameenn, buat gue yang alim, imut, lugu dan polos ini *narsis*, jadi ketua kelas tuh something banget. Ya abisnya, gatau darimana ceritanya, ujung pangkalnya, tau" aja gitu gue jadi ketua kelas. Mana dipilihnya pas gue lagi di kamar mandi. Tau" pas balik ke kelas, gue disahkan sebagai ketua kelas. Apa kagak shock gue?? Ckck.. *pemilihan macam apa ini?*

Dengan ditambah segala keruwetan hidup gwe yang jauh dari tenang kayak semester lalu, it's a big noo babeehh. Sumpeh loo, semester ini gue sibuk pake banget sesibuk-sibuknya. Bukannya gue mau sok sibuk, tapi jujur aja, semester ini tuh gue gmana yak?? Bener" kekurangan waktu buat ngapa-ngapain. Penyebabnya banyak, mulai dari penyebab innerlijk alias diri gue sendiri sampe yang uiterlijk alias faktor dari luar.

Faktor dari diri gue sendiri sihh ya apalagi kalo bukan laziness alias kemalasan. Gegara kebanyakan move sana move sini, gue jadi cepet capek gitu. Akhirnya begitu nemu waktu kosong, kapanpun itu, walaupun itu di dalem kelas, pasti gue manfaatin. Ya kalo yg dikelas gak selalu sihh. Tapi jujur itu waktu di kelas kadang malah gue pake buat nenangin otak gue. Ngimpi, ngayal enz. Yahh, hal-hal yang emang gue rasa lo bakal lakuin kalo emag lo lagi Bad Time.

Nah kalo faktor dari luar, itu yang banyak pake banget. Gabisa gue sebutin lagi dah. Semua masalah gue yang bagaikan Bom Waktu meledak semua di semester ini. Mulai dari masalah keluarga, akademik, pertemanan, hati, finansial, cita-cita, masa depan, organisasi. Pokonya krisis segala macem hal deelel deelel deh. Dan sumpah semua masalah-masalah itu bener-bener nguras tenaga hati dan pikiran gue. Juga waktu. Itu yang bikin gue juga jadi cepet capek akhir-akhir ini. Kepikiran euy sama masalah yang numpuk" begitu.

Pelajaran juga buat gue. Kalo ada masalah tuh selesein. Omongin baek". Komunikasi. Cari solusinya. Kalo nggak, malah makin runyam itu masalah yang ada. Mending kalo meledaknya kagak barengan. Lah kalo barengan? Semaput semaput dah *serius*. Gue sihh selama ini berusaha nyemangatin diri gue sendiri. Biar tetep semangat gitu maksudnya. Tapi ya gitu. Ngomong emang gampang. Tapi sumpah, pelaksanaan alias eksekusi dari proses-proses ini tuh panjang banget. Gatau gue juga bakal ampe kapannya. Walaupun gue 100% percaya kalo masalah gue PASTI bakal selese. Gue bakal selalu dikasih yang TERBAIK sama TUHAN. But sometime, gue kadang suka gak percaya gitu. Parah banget emang. Meragukan tuhan. No no no, bukan meragukan tuhan. Tapi mungkin karena gue sedikit bingung dan juga deg-degan dengan segala macam hal yang sudah tuhan tetapkan, yang akan menanti gue di depan.

Jadi ya begitulah sobat. Problem is exist for we to solve it. We never know until we try try and try to solve it. Keep fight for all of us. Cheers :)
*antara nyampah dan nulis renungan hati*

Sabtu, 26 Maret 2016

Menghargai karya sendiri

Dalam kehidupan duniawi yang fana ini, kita terus-menerus belajar. Pelajaran itu bisa datang dari orang lain di sekitar, dari ilmu pengetahuan hingga dari alam itu sendiri. Tentu saja apa yang kita dapatkan tergantung sudut pandang dan cara kita menanggapi, bisa pelajaran yang positif atau malah negatif.

Sebenarnya, bagaimana orang memberikan sebuah pelajaran pun bisa dengan dua cara, kubedakan saja dengan mainstream dan anti-mainstream. Mainstrean untuk cara yang wajar, lumrah dan sering dilakukan, sedangkan anti-mainstream untuk cara-cara yang tidak wajar dan ekstrim. Salah satu pelajaran yang diberikan dengan cara anti-mainstream aku dapatkan dari guru SMP-ku dulu.

Beliau adalah Bapak Beni Triyono. Beliau merupakan guru yang nyentrik, unik, aneh dan ajaib. Pak BT, begitu kami murid-murid memanggilnya, adalah seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kelakuan, kebiasaan dan aksi-aksinya sering kali mengundang gelengan kepala keheranan.

Pak BT guru yang tidak biasa. Saat murid-murid biasanya menyematkan julukan lucu kepada guru, khususnya guru yang killer, Pak BT justru memberikan panggilan-panggilan unik kepada muridnya. Aku dipanggilnya nanonano. Menurutnya, nama Bene terlalu keren dan tidak pas buat mukaku yang sangat Batak. Ada lagi temanku yang dipanggilnya Lazarus, karena badannya yang pendek. Seorang teman lagi dipanggilnya Sompel, karena satu gigi serinya patah bersisa setengah. Sangat banyak panggilan-panggilan lain seperti Spongebob, Scooby Doo, Sinchan, yang digunakan beliau.

Pak BT sangat humoris, sering bercanda saat mengajar. Beliau juga dekat dengan murid-muridnya. Guru-guru yang lain menjulukinya sinting. Pernah beliau tak masuk kelas mengajar, saat dicari ternyata sedang main tenis meja dengan guru olahraga. Murid yang disuruh mencarinya, malah diminta jadi juri untuk menghitung skor.

Pak BT sering sekali meninggalkan kelas tanpa alasan yang jelas. Suatu kali, kelasku berisik karena ditinggalkan Pak BT begitu saja. Karena mengganggu, Bapak Kepsek masuk dan memarahi kami.

“Kalian kok berisik sekali? Siapa gurunya? Kenapa kosong?”

“Pak BT, Pak.”

“Oalah, kalo Bapak itu, Bapak pun malas ngurusinya. Kalian jangan ribut, ya!”

Bahkan Kepala Sekolah pun menyerah.

Cara mengajar Pak BT sangat ekstrim. Suatu kali kami diminta membuat cerpen. Setelah berjuang beberapa malam mengumpulkan ide, menggarap dan menyelesaikannya dengan kekuatan ekstra, cerpen yang kukumpulkan hanya dilihat sekilas, kemudian dicoret silang dengan ukuran yang besar. Cerpenku salah dan diminta dibikin ulang. Usut punya usut, kalimat pertama yang kuketik lupa diberi tanda baca titik. Tega!

Namun, dari ke-eksrim-an beliau aku belajar hal itu. Waktu itu topik pelajarannya adalah iklan. Setelah menjelaskan dengan singkat tentang apa itu iklan, Pak BT meminta kami membuat sebuah desain poster iklan untuk detergen.

“Kalian gambar poster iklannya. Yang diliat bukan bagus atau enggaknya gambar kalian, tapi ide kreatif di konsep iklannya. Jadi yang ga bisa gambar ga usah takut. Bapak tinggal dulu ya, Bapak lapar, ke kantin bentar. Nanti kalo Bapak balik, udah harus beres!”

Beliau menghilang. Suasana kelas tenang serius. Aku dan teman-temanku sibuk melakukan apa yang diperintahkannya. Hampir sejam berlalu, Pak BT kembali.

‘Oke. Udah selesai? Sompel, bawa ke sini punyamu!”

Temanku maju membawa desain poster iklan yang dibuatnya. Beliau melihat sebentar dan memberi penilaian.

Begitu bergantian satu murid maju ke meja guru menunjukkan hasil karyanya.

Tibalah giliran Rio, teman sekelasku yang pemalu, untuk dinilai.

Saat berjalan menuju meja guru, apesnya Rio berujar, “Maaf, Pak. Punyaku jelek.”

Pak BT kemudian menerima buku tulis Rio dan melemparkannya ke sudut kelas, sambil berujar sinis, “Yaudah kalo jelek!! Ngapain diperiksa!!” Ekspresi Pak BT keliatan kesal. Kelas hening keheranan. Rio sendiri menunduk dan kembali ke bangkunya.

Saat itu, yang muncul di pikiranku adalah opini bahwa Pak BT kejam dan tidak punya perasaan. Seorang guru yang harusnya mengayomi, memberikan teladan malah melakukan aksi yang sulit diterima akal sehat. Guru melempar, membuang hasil kerja siswanya. Gila!

Keadaan kelas menjadi hening dan kaku. Setelah semua murid selesai diperiksa, sebelum Pak BT menutup kelasnya, beliau berkata, “Maaf kalo Bapak kasar. Itu karyamu sendiri, hasil kerja kerasmu. Kalo kau sendiri ga menghargai, gimana orang mau menghargainya.”

Aku mengingat betul kejadian itu hingga saat ini. Walau disampaikan dengan cara yang tidak biasa, tidak baik, ajaib dan gila, nyatanya pelajaran yang beliau beri menancap, terngiang dan langsung diterima, setidaknya olehku.

Hari itu aku belajar, bahwa untuk dihargai orang lain, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghargai karya sendiri.

Alasan kita waktu kecil

Orangtua berjasa besar melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak. Sudah sewajarnyalah kita sebagai anak berbakti dan mematuhi perintah orangtua. Tapi sering kali keinginan orangtua yang tentu aja demi kebaikan, bertentangan dengan kesenangan kita sendiri. Akhirnya, dengan pikiran polos yang menganggap kalau orangtua nggak pernah memahami, kita malah melawan dan memberontak.


Setelah melalui riset yang nggak sesuai dengan kaidah metodologi penelitian, inilah momen-momen di mana anak paling sering melawan perintah orang tua:


Belanja ke Warung

Sebenarnya nggak jadi sebuah masalah ketika orangtua meminta bantuan anak untuk belanja sesuatu ke warung. Tapi entah kenapa, sering kali orangtua menyuruh kita di waktu yang nggak tepat. Saat kita sedang melakukan hal yang disuka. Misalnya tidur atau bermalas-malasan.

Momen ini biasanya berakhir dengan adu argumen menolak permintaan orangtua. Beruntung bagi mereka yang punya adik atau kakak, permintaan ini bisa langsung disalurkan kepada mereka.

“neenoo, belikkan dulu andaliman,” teriak Mama dari dapur.

“Aduh, Ma. Lagi sibuk aku penelitian bikin toge dari biji kacang ijo. Suruh abanglah.” Aku mengelak.

“Fir, belikkan andaliman ya.” Mama beralih ke abang.

“Kok jadi aku, Ma?” Abang pun mengelak.

“Ishh, sama orangtua melawan. Durhaka kau!!!” Aku datang mengompori Mama.

“Entah kakakmu ini. Jahat kali jadi anak.” Mama terpengaruh.

“Iya, iya. Kubelikkan pun.” Abang menyerah.



Mandi

Mandi adalah sesuatu yang kita anggap sia-sia waktu kecil dulu—bagi beberapa orang tetap dianggap sia-sia bahkan saat udah dewasa. Masalahnya, walau kita nggak paham manfaatnya, tapi orangtua selalu mewajibkan kita mandi. Seakan kita akan mati kalo nggak mandi.

Alhasil kita menempuh berbagai macam cara supaya nggak mandi atau minimal mengulur-ulur waktu mandi. Ada yang pura-pura tidur terus nggak keluar lama sampai jam mandi lewat. Ada yang mengalungkan handuk di leher seakan-akan bersiap-siap mandi padahal nggak berniat mandi. Ada yang pura-pura di kamar mandi lama, cuma cuci muka doang dan keluar kamar mandi sok segar. Ada lagi yang pura-pura alergi air.

“neenoo, mandi kau?!!”

“Apa??? Mandi??? Aku alergi air, Ma. Aku kalo kenak air jadi basah. Mama tega  bikin aku basah?


Tidur Siang

Tidur siang memiliki nilai yang berbeda waktu kita kecil dulu dibanding dengan waktu kita udah dewasa. Pas masih kecil, tidur siang adalah iblis yang ingin merusak hari-hari bahagia kita. Rasanya waktu terbuang begitu aja kalo digunakan cuma untuk tidur siang. Beranjak dewasa, tidur siang adalah malaikat yang ingin selalu menenangkan hari-hari kita. Rasanya sangat tentram kalo bisa melalui hari dengan tidur siang.

Makanya, saat berhubungan dengan tidur siang, anak memiliki respon yang sama dalam melawan perintah orangtua yang berbeda.

Waktu masih kecil:

“Nak, tidur siang! Jangan main-main terus kerjamu.”

“Aduh, tunggulah bentar, Ma.”

Waktu udah besar:

“Nak, bangun kau! Tidur aja terus kerjamu.”

“Aduh, tunggulah bentar, Ma.”


Bermain dengan Teman

Entah apa yang salah dari teman kita, sehingga orangtua selalu termotivasi untuk memisahkan kita dengan mereka. Setiap teman datang, orangtua seperti melihat geng preman yang ingin merusak anaknya. Berbagai macam alasan dikeluarkan orangtua agar kita tidak bergabung dan ikut bermain dengan mereka.

“neenoo, main yok!” Teriak kawan-kawan serempak di depan rumah.

“neenoo-nya nggak ada. Lagi liburan ke jalur Gaza,” jawab Mama sok serius.

Lalu kawan-kawan itu pun pergi.

“Ih, Mama ini pembohong.”

“Ini demi kebaikanmu, Nak. Udah, kau tidur siang sana.”

Dan momen melawan itu pun terjadi lagi. Saat orangtua lengah, mengendurkan pengawasannya, kita mengendap-endap kabur dari rumah dan bergabung dengan kawan-kawan tadi.

“neenoo..., mau ke mana kau?!!” teriak Mama waktu mendengar pintu rumah dibuka.

“Ini demi kebaikanku, Ma. Udah, Mama tidur siang sana.”


Nonton Tivi

Orangtua selalu berusaha menjauhkan kita dari hal-hal yang kita senangi. Salah satu hal yang kita suka dan sebaliknya justru dibenci orangtua adalah nonton tivi. Saat sedang asyik menonton tivi, orangtua akan mengeluarkan berbagai cara untuk membuat kita berhenti nonton tivi. Anak pun demikian. Kita akan mengeluarkan berbagai cara agar tetap bisa menonton tivi.

“Nak, matikan tivi itu. Mandi kau!”

“Bentar, Ma. Tunggu iklan.”

“Nak, matikan tivi itu. Mandi terus Makan kau!”

“Bentar, Ma. Tunggu selesai acaranya ini.”

“Nak, matikan tivi itu. Mandi, terus Makan, terus kerjain PR-mu!”

“Bentar, Ma. Tunggu rusak tivinya.”

Mama melepar panci ke tivi. Tivi mati, meledak, terus berasap.

“Nah, udah rusak. Apalagi alasanmu?!!”

*hening seketika...*

Pemikiran tololku waktu kecil dulu

Semua orang dewasa pasti pernah kecil kalimat pembuka macam apa ini!
Sebagai manusia yang pernah kecil, kita pasti punya keinginan, pengalaman, dan pemikiran waktu kecil dulu yang kalo diingat sekarang jadinya tolol dan aneh.

Inilah keinginan, pengalaman dan pemikiran tololku waktu kecil dulu.

Menciptakan Alat
Mungkin efek di kampungku yang listriknya masih memprihatinkan, waktu masih SD dulu aku berkeinginan menciptakan alat penghasil listrik keren. Jadi bentuknya semacam genset gitu. Bedanya, listrik yang dihasilkan sebagian digunakan untuk menghidupkan mesin itu sendiri, lalu sebagian lagi dikonsumsi untuk menghidupkan alat-alat elektronik. Pas SMA aku baru sadar kalo ini mustahil, karena nggak ada mesin yang efisiensinya lebih dari seratus persen. Tolol!


Pengin Sakit atau Meninggal
Waktu kecil dulu, aku suka berandai-andai aku sakit atau mati. Keinginan ini padahal dengan alasan yang sangat nggak penting. Cuma pengin tau siapa yang bakal datang jenguk waktu aku sakit dan siapa yang paling sedih waktu aku meninggal. Pas udah besar sekarang, rasanya konyol pengin sakit dan meninggal untuk alasan itu doang. Tolol!

Merasa Anak Pungut
Ini menurutku pemikiran yang sering menghampiri mayoritas anak kecil, apalagi yang bukan anak tunggal. Entah karena efek sinetron, atau imajinasi yang berlebihan, kita anak kecil sering merasa anak pungut. Aku pun gitu. Kalo kakak dibeliin sesuatu, aku langsung cemburu, merasa dianaktirikan. Pernah lagi kakak dan adek-adekku dibelikan baju tidur, cuma aku yang nggak dapat. Waktu itu aku yakin kali anak pungut. Akhirnya aku tidur sambil meluk baju yang dibelikkan buat kakakku. Berharap Mama ngeliat dan ngerasa bersalah. Betul-betul drama king kali aku waktu itu. Tolol!

Pengetahuan Terbatas
Sebagai anak kecil yang otaknya belum mekar sempurna dan masih minim pengetahuan, dulu aku memahami sesuatu berbeda dari kenyataannya. Salah satu yang mungkin sering juga diyakini anak kecil adalah bulan yang mengikuti kita ke manapun kita pergi. Tapi yang paling ekstrim, waktu kecil dulu, aku taunya anak itu dilahirkan lewat anus, bukan lewat vagina. Setelah SMP dan belajar Biologi, aku baru tau selama ini aku salah. Ya kali anak pas lahir berbalut kuningnya pub. Tolol!

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya

Orangtua adalah wakil Tuhan di dunia, begitu ajaran yang kudapat semasa kecil dulu. Kalimat yang kuyakini dengan teguh itu, membuatku begitu menghormati Papa dan Mama.

Kebanyakan memang ajaran itu terbukti nyata. Papa dan Mama melakukan banyak hal, mengusahakan ini itu, untuk kami anak-anaknya, tanpa mengharapkan imbalan. Sesutau yang sangat mirip dengan cara Tuhan mencintai umatnya. Cinta kasih yang tulus, tanpa syarat dan ketentuan berlaku. Beda dengan tarif murah operator seluler.

Tapi, bagaimanapun juga, harus diakui, ajaran ini sesekali salah. Ada masa di mana aku terpaksa meyakini, orangtua sama sekali bukan wakil Tuhan. Berbeda dengan Tuhan yang maha sempurna, maha mendengar, maha mengampuni dan banyak maha-maha lainnya,  tampaknya sifat itu tak dimiliki wakilnya orangtua. Kerap aku menemui alasan-alasan yang membuatku semakin yakin, walaupun orangtua wakil Tuhan, mereka tak serta merta memiliki sifat mendekati Tuhan, bahkan setengahnya Tuhan.

Mama yang pelit, tidak mewakili maha pemurah yang dimiliki Tuhan. Kalo sedang marah, Mama bisa memperkosa perutku dengan cubitan brutalnya, padahal aku udah meminta ampun karena melakukan sebuah kesalahan, tidak sedikitpun menggambarkan kalo sifat maha mengampuni Tuhan ada padanya. Papa yang kalo udah tidak setuju dengan sesutau, tak mau mendengarkan apapun alasan yang kuutarakan, jauh dari sifat Tuhan yang maha mendengar.

“Ma, belikan dulu itu!” selalu diikuti dengan “Kau pikirnya daun-daun uang itu, bisa diambil di halaman rumah!”

Papa  memang tak sering melarang. Tapi sekali Papa nggak setuju, berdebat macam mana pun hebatnya, tak akan pernah mengubah jawabannya. Debat selalu berakhir dengan, “Kubilang nggak, ya nggak!”

Waktu kecil dulu, saat menghadapi kepelitan dan cubitan brutal Mama, saat berdebat dengan Papa yang selalu nggak mau mendengar, aku berjanji apabila jadi orangtua nanti, sifat-sifat itu akan kuhindari. Aku nggak mau anak-anakku nanti, mengalami apa yang kualami. Aku pingin jadi orangtua yang lebih baik daripada Papa dan Mama.

Sekarang aku udah menjelma menjadi manusia yang lebih dewasa. Masa kecil itu udah lama berlalu.

Anehnya, tanpa kusadari bagaimana prosesnya, aku tumbuh menjadi sosok yang penuh perhitungan. Nggak membelanjakan uang sembarangan, berpikir berkali-kali untuk membeli sebuah barang, dan sulit mengikhlaskan sejumlah uang untuk barang yang mahal. Perlahan tanpa kusadari, aku memiliki sifat Mama yang dulu kubenci itu.

Beberapa waktu yang lalu, Abangku sedang berkunjung ke rumah. Kami bercerita banyak malam itu. Sampai akhirnya aku mengatakan pengin punya sepatu nike terbaru Hyperadapt, Aku yang tau ini bakal jadi ribet, lantas nggak mau mengikuti keinginanku.

“Ayolah, Bang. Beliin ya!”

“Kubilang nggak, ya nggak!”

Aku kemudian diam karena dibentak.

Dalam hati aku sadar, “Kok, abang kayak papaku, ya.”

Samar-samar, aku mendengar suara menjawab di kepalaku, “Ya, iyalah. Kalo abangmu bukan kayak papamu, baru aneh!”


Benar memang kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Kepingin punya pacar

"Kau pengen punya pacar kayak gimana?" 
"Aku pengen punya pacar yang ganteng, tinggi, putih, badannya tegap, kaya, religius, perhatian, penyabar, rajin menabung, suka membantu nenek-nenek nyebrang, naik kuda. Pokoknya pangeranlah." 

Jawaban di atas dipastikan muncul dari anak gadis kecil yang suka nonton film-film Disney. Bagi hidup mereka yang masih polos, hadirnya manusia negeri dongeng seperti itu masih bisa dipercaya. Cobalah berikan pertanyaan yang sama kepada mereka yang sudah dewasa, yang usianya sudah digempur oleh kerasnya hidup, yang matanya sudah dibukakan realitas. Syarat-syarat sulit tak muncul lagi. Paling-paling jawabannya sesederhana, "Yang penting baik aja." 

Semakin rumit hidup, semakin sederhana keinginan. Sebaliknya, saat hidup masih belum kusut dengan masalah-masalahnya, banyak hal rumit ingin direalisasikan. Ingatkah waktu kita kecil dulu? Saat hidup masih begitu sederhana? Kita menginginkan hal-hal rumit: hujan coklat, pesawat jatuhin uang dari langit, punya kemampuan ngebaca pikiran orang lain, bisa lari di atas air, dan banyak lainnya yang dulu muncul dalam imajinasi. Kenyataan pelan-pelan menyadarkan kita. Usia membawa kita masuk ke dalam benang kusut. Sekarang, saat hidup semakin berat, keinginan sudah sesederhana,

 "Besok pas weekend, pengen tidur seharian." Aku masih ingat dulu, saat masih SMP, aku punya kriteria yang cukup banyak untuk seorang pacar. Tomboy, rambut pendek, putih, tidak lebih tinggi dariku, suka baca, dan fans AS Roma. Sekarang, kriteria itu sudah menguap jauh. Jadi kalo sekarang aku dikasih pertanyaan kayak di atas, aku akan jawab, "Yang penting dia bisa ngerti dan bisa damai sama mamaku." 
Karena realitas membuatku melihat, ada kalanya pasangan dan ibu tak berjalan beriringan. 

True story

Minggu, 06 Maret 2016

I am a lost boy

There was a time when I was alone
Nowhere to go and no place to call home
My only friend was the man in the moon
And even sometimes he would go away, too

Then one night, as I closed my eyes,
I saw a shadow flying high
He came to me with the sweetest smile
Told me he wanted to talk for awhile
He said, "Peter Pan—that's what they call me.
I promise that you'll never be lonely."
And ever since that day...

I am a lost boy from Neverland
Usually hanging out with Peter Pan
And when we're bored we play in the woods
Always on the run from Captain Hook
"Run, run, lost boy," they say to me,
"Away from all of reality."

Neverland is home to lost boys like me
And lost boys like me are free

He sprinkled me in pixie dust and told me to believe
Believe in him and believe in me
Together we will fly away in a cloud of green
To your beautiful destiny
As we soared above the town that never loved me
I realized I finally had a family
Soon enough we reached Neverland
Peacefully my feet hit the sand
And ever since that day...

I am a lost boy from Neverland
Usually hanging out with Peter Pan
And when we're bored we play in the woods
Always on the run from Captain Hook
"Run, run, lost boy," they say to me,
"Away from all of reality."

Neverland is home to lost boys like me
And lost boys like me are free

Peter Pan, Tinker Bell, Wendy Darling,
Even Captain Hook—
You are my perfect story book
Neverland, I love you so,
You are now my home sweet home
Forever a lost boy at last

And for always I will say...

I am a lost boy from Neverland
Usually hanging out with Peter Pan
And when we're bored we play in the woods
Always on the run from Captain Hook
"Run, run, lost boy," they say to me,
"Away from all of reality."

Neverland is home to lost boys like me
And lost boys like me are free

Sabtu, 20 Februari 2016

Tentang Ayah

Ayah memang tidak mengandungmu, tapi dalam darahmu, mengalir darahnya...
Ayah memang tidak melahirkanmu, tapi suaranyalah yang pertama kau dengar ketika lahir untuk menenangkan jiwamu....
Ayah memang tidak menyusuimu, tapi dari keringatnyalah setiap suapan yang menjadi air susumu...
Ayah memang tidak menyanyikanmu, agar kau tertidur, tapi dialah yang menjamin kau tetap nyaman dalam lelapmu...
Ayah memang tidak mendekapmu seerat ibumu, itu karena dia khawatir karena cintanya ia tidak bisa melepaskanmu.. ketika kau sudah bisa membangun sendiri hidupmu...
Ayahmu tidak pernah kau lihat menangis, bukan karena hatinya keras, tapi agar kau tetap percaya, dia kuat untuk kau bisa bergantung dilengannya...
Sayangi dan hormati ayahmu.. memang surga ada ditelapak kaki ibumu, tapi tidak ada surga untukmu tanpa keridhaannya...
Memang kau diminta mendahulukan ibumu, tapi ayahmu adalah jiwa raga ibumu..

Disaat itu

Memandang foto-foto lama, membaca surat-surat lama, terkadang membuatku tertawa sendiri. Terkenang pada masa-masa di mana tertawa itu mudah. Menangis itu tak terbayangkan.
Berapa tahun yang telah berlalu, dan tahun-tahun seperti apa yang menjadikan kita sampai ke titik ini?
Dulu kita pernah bermimpi jadi dokter hebat, yang tak silau oleh uang. Sekarang apa kabar idealisme itu? wakakaka....

Dulu kita nyalakan kembang api bersama sambil tertawa-tawa. Masihkah tawa yang muda itu menjadi warna keseharian kita?
Dulu kita sama bermimpi tentang selalu bersama, benar-benar menjadi mimpi belaka kah itu?
Memandang foto-foto lama, membaca surat-surat lama, terkadang membuatku tertawa sendiri. Terkenang pada masa-masa di mana tertawa itu mudah. Menangis itu tak terbayangkan.
(Kamu tak tahu ngga betapa rindu aku bicara denganmu?)

Cita-cita dan Kenyataan

Pernah nggak berpikir bahwa sesuatu itu buruk, atau mengerikan, tapi di kemudian hari kita malah berpikir sebaliknya?
Waktu lulus SMA dulu, jujur aja aku bingung lho, dihadapkan pada pilihan mau kuliah jurusan apa. Kuliah tentu bukan sekedar sekolah biasa tetapi bekal untuk bekerja.
Aku ngga pernah punya bayangan untuk bekerja, karena jujur, aku cuma mau menikah saja terus jadi kepala rumah tangga. Ironis ya, yang lain pengen jadi pria karir tapi aku malah begini. :))
Singkat cerita aku pun mengambil pilihan 1 kedokteran yang biasalah selalu aku gembar gemborkan sejak kecil. Yang kedua system informatika.
Ketrima lah di situ. Singkat cerita aku ini mahasiswa yang biasa-biasa aja, cupu, disuruh nanya malah bingung, begitu bikin tugas makin bingung.
Hingga lulus kuliah pun, aku tetap ngga pengen bekerja. Intinya adalah, awang-awangan. Takut. Karena merasa kuliah itu tidak membuatku lebih pintar. Aku tetap nggak mendapat apapun di bangku kuliah itu. Dan sialnya, pacar terakhir sudah putus jadi ndak mungkin nikah juga. :))

Hujan di sore ini

Sore ini hujan berbicara pelan
Bercerita dia tentang bunga seruni di rumah kaca
Setiap butiran yang terjatuh melontarkan suara
Yang didengar dan tersimpan di daun talas, bumi, dan puncak lampu
Dan layaknya bola ingatan yang terpecah belah
Rindu beterbangan dari pusatnya

Sore ini hujan berbicara pelan
Capung hanya mendengar sebagai desisan
Namun dibalik sayapnya ia rasakan sebuah percakapan
Tentang rindu yang menjelma pujian

Dari sungai yang menjelma awan dan menempuh ribuan
Hanya untuk menemukan kembali dan melelehi atap-atap kaca
Capung menggetarkan sayapnya, bernyanyi dan berempati ke tiap rasa yang menghinggapinya
Mungkin juga daun talas, bumi, dan puncak lampu ikut mendentangkan rintik

Bunga seruni rapuh terhadap air, tetapi alam tetap mendoakan
Agar dari sesela tanah dan bebatuan yang menyimpan
Tersampaikanlah aliran sungai menuju akarnya
Beserta rindu yang telah menempuh ribuan jarak

Kesedihanku

Beberapa bulan yang lalu, ada seseorang yang mencoba membuka pintu hatiku. tak ada alasan bagiku untuk melarangnya masuk. kubiarkan ia masuk, melihat-lihat apa yang ia cari di hatiku. awalnya aku mengira dia orang yang memang benar-benar serius ingin menyelami duniaku. ternyata aku salah, dia hanya ingin menjadi tamu saja.

Hanya sekejap datang, dan kemudian pergi tanpa kabar. pengecut, lebih tepatnya. kalau memang tak ada yang diseriusi, mengapa dia membawaku sejauh ini? oh tidak, mungkin aku yang hanya berharap lebih. tak masalah untuk pengorbanan waktu dan materi, tapi dimana letak tanggung jawabnya.?

Aku sangat bersyukur mengakhiri perasaan saat ini. aku percaya Allah akan menggantinya dengan gadis yang lebih baik. yang jelas Allah menyadarkanku bahwa ada hal yang lebih penting yang harus aku lakukan daripada hanya sekadar meratapi kesedihan. ya, aku sadar aku belum mencapai cita-cita yang selama ini menjadi cita-citaku dan harapan kedua orangtuaku.

Kenangan ilusi

Kubuka jendela di pagi hari. Kupandangi langit yang luas tak terbatas. Kuraba hati, kembali. Mencoba mengais apa yang tersisa dari perjalanan kalam batin, enam bulan terakhir ini. Betapa susahnya menyelami hati yang seluas langit itu. Hati pun punya ruangan tak terbatas. Segalanya menjadi esa dalam sebuah medan; menggumpal dan berdesakan lalu meletuplah aneka rasa. Gelisah, kesendirian, kesunyian, duka, lara, hampa, derita, bahagia, kangen, rindu, cinta, dan segala macam istilah; menggores cerita tak habis-habis. Berderai tak ubahnya mata langit yang meneteskan hujan.
Pagi membawa pesan-pesan baru dari semesta. Udara yang diam begitu indah menghadirkan bola dengan kemuning sinarnya.

Pagiku dulu dan kini, tak ada bedanya. Hanya ruang dan waktu yang membuatnya jadi sedikit berbeda. Pagiku kini pun kuarungi dengan gulungan cerita demi cerita yang setiap saat selalu membentuk gugusan baru. Pagiku pun tak ada capainya memotret kisah rindu dan cinta yang kubangun dan kujaga untuk seorang ......

Siapa yang memulai kisah itu? Yang pasti, akulah orangnya. Tapi aku pun tak pernah memaksa memulainya, semua berjalan tanpa rencana. Setiap kubuka jendela dan kulihat matahari di pagi hari selalu ada getarmu yang  hinggap. Hilang rasanya tak mungkin aku mengakhiri kisah itu. Hatiku telah terenggut habis hingga ke akar-akarnya.

Lewat kata-kata yang luruh di ratusan kertas putih, aku menumpahkan sepenggal kisah itu. Bagaimana mungkin aku akan mengakhiri kisah itu sementara pencarianku masih terus berjalan. Meski tangan ini mulai tertatih menulis tentangmu, kisah itu belum juga menemui titik pengakhirannya.

Kalau kini kembali aku menuliskan kisah itu, tak lain bersumber dari perjalanan pencarianku yang semakin menemui catatan-catatan baru tentangmu, tentang kita berdua. Masih saja gelisah, rindu, dan cinta ini menengahi langit dengan aneka warna, mengecup kebisuan, membungkam cakrawala dengan sejuta tanya, tanpa jawab. Ternyata, masih banyak cerita yang tertinggal dan tapak-tapak baru yang menjejak tegas dalam lelahnya penembaraanku. Dalam kisah itu, tertulis kenangan yang luruh di langit dan bumi. Aku ingin terus mencatat setiap detik kutipan cerita yang tertoreh, tanpa terkecuali. Terlalu indah melewatkan setiap gelisah yang hadir, setiap rindu yang mengetuk-ngetuk di balik temaram senja dan setiap cinta yang mengalir di hentakan nafas.

Kenangan itu mungkin saja hanya ilusi atau bahkan mimpi belaka. Aku tak peduli. Aku akan terus menjaring mimpi. Mimpi menjadi kekasihmu, yang setia dan selamanya berada dalam payung mata beningmu. Rebah dan terbaring manja di permadani hatimu, tersenyum, dan menangis di sudut bibirmu, mengabdi pada cintamu, satu.

Aku tak berdaya untuk menghapus apapun tentangmu. Aku tetap dan akan selalu menikmati semua yang ada padamu. Mungkin warasku telah menemui titik ketiadaannya. Tapi biarkan saja, semua itu tak akan mengubah apapun. Sebaris waktu bersamamu menjadi pahatan terindah dalam perjalanan hidupku. Dan itu membuatmu menjadi malaikatku, seutuh-utuhnya, segala-galanya.

Aku terlanjur sakau akanmu. Sesakau inginku untuk mengakhiri kisah ini dengan pengakhiran yang membahagiakan. Itulah mimpiku. Pilihan tetaplah sebuah pilihan. Seperti juga aku ingin memilih pengakhiran yang membahagiakan untuk menjadi titik muara dari kesakauanku. Biarlah sakau ini terus menguntit di jejak hari-hariku, menggeser tiap inci logika nalarku. Aku rela dan akan tetap menjaganya seperti janji pepohonan yang setia selamanya meneduhi alam.