Sabtu, 26 Maret 2016

Alasan kita waktu kecil

Orangtua berjasa besar melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak. Sudah sewajarnyalah kita sebagai anak berbakti dan mematuhi perintah orangtua. Tapi sering kali keinginan orangtua yang tentu aja demi kebaikan, bertentangan dengan kesenangan kita sendiri. Akhirnya, dengan pikiran polos yang menganggap kalau orangtua nggak pernah memahami, kita malah melawan dan memberontak.


Setelah melalui riset yang nggak sesuai dengan kaidah metodologi penelitian, inilah momen-momen di mana anak paling sering melawan perintah orang tua:


Belanja ke Warung

Sebenarnya nggak jadi sebuah masalah ketika orangtua meminta bantuan anak untuk belanja sesuatu ke warung. Tapi entah kenapa, sering kali orangtua menyuruh kita di waktu yang nggak tepat. Saat kita sedang melakukan hal yang disuka. Misalnya tidur atau bermalas-malasan.

Momen ini biasanya berakhir dengan adu argumen menolak permintaan orangtua. Beruntung bagi mereka yang punya adik atau kakak, permintaan ini bisa langsung disalurkan kepada mereka.

“neenoo, belikkan dulu andaliman,” teriak Mama dari dapur.

“Aduh, Ma. Lagi sibuk aku penelitian bikin toge dari biji kacang ijo. Suruh abanglah.” Aku mengelak.

“Fir, belikkan andaliman ya.” Mama beralih ke abang.

“Kok jadi aku, Ma?” Abang pun mengelak.

“Ishh, sama orangtua melawan. Durhaka kau!!!” Aku datang mengompori Mama.

“Entah kakakmu ini. Jahat kali jadi anak.” Mama terpengaruh.

“Iya, iya. Kubelikkan pun.” Abang menyerah.



Mandi

Mandi adalah sesuatu yang kita anggap sia-sia waktu kecil dulu—bagi beberapa orang tetap dianggap sia-sia bahkan saat udah dewasa. Masalahnya, walau kita nggak paham manfaatnya, tapi orangtua selalu mewajibkan kita mandi. Seakan kita akan mati kalo nggak mandi.

Alhasil kita menempuh berbagai macam cara supaya nggak mandi atau minimal mengulur-ulur waktu mandi. Ada yang pura-pura tidur terus nggak keluar lama sampai jam mandi lewat. Ada yang mengalungkan handuk di leher seakan-akan bersiap-siap mandi padahal nggak berniat mandi. Ada yang pura-pura di kamar mandi lama, cuma cuci muka doang dan keluar kamar mandi sok segar. Ada lagi yang pura-pura alergi air.

“neenoo, mandi kau?!!”

“Apa??? Mandi??? Aku alergi air, Ma. Aku kalo kenak air jadi basah. Mama tega  bikin aku basah?


Tidur Siang

Tidur siang memiliki nilai yang berbeda waktu kita kecil dulu dibanding dengan waktu kita udah dewasa. Pas masih kecil, tidur siang adalah iblis yang ingin merusak hari-hari bahagia kita. Rasanya waktu terbuang begitu aja kalo digunakan cuma untuk tidur siang. Beranjak dewasa, tidur siang adalah malaikat yang ingin selalu menenangkan hari-hari kita. Rasanya sangat tentram kalo bisa melalui hari dengan tidur siang.

Makanya, saat berhubungan dengan tidur siang, anak memiliki respon yang sama dalam melawan perintah orangtua yang berbeda.

Waktu masih kecil:

“Nak, tidur siang! Jangan main-main terus kerjamu.”

“Aduh, tunggulah bentar, Ma.”

Waktu udah besar:

“Nak, bangun kau! Tidur aja terus kerjamu.”

“Aduh, tunggulah bentar, Ma.”


Bermain dengan Teman

Entah apa yang salah dari teman kita, sehingga orangtua selalu termotivasi untuk memisahkan kita dengan mereka. Setiap teman datang, orangtua seperti melihat geng preman yang ingin merusak anaknya. Berbagai macam alasan dikeluarkan orangtua agar kita tidak bergabung dan ikut bermain dengan mereka.

“neenoo, main yok!” Teriak kawan-kawan serempak di depan rumah.

“neenoo-nya nggak ada. Lagi liburan ke jalur Gaza,” jawab Mama sok serius.

Lalu kawan-kawan itu pun pergi.

“Ih, Mama ini pembohong.”

“Ini demi kebaikanmu, Nak. Udah, kau tidur siang sana.”

Dan momen melawan itu pun terjadi lagi. Saat orangtua lengah, mengendurkan pengawasannya, kita mengendap-endap kabur dari rumah dan bergabung dengan kawan-kawan tadi.

“neenoo..., mau ke mana kau?!!” teriak Mama waktu mendengar pintu rumah dibuka.

“Ini demi kebaikanku, Ma. Udah, Mama tidur siang sana.”


Nonton Tivi

Orangtua selalu berusaha menjauhkan kita dari hal-hal yang kita senangi. Salah satu hal yang kita suka dan sebaliknya justru dibenci orangtua adalah nonton tivi. Saat sedang asyik menonton tivi, orangtua akan mengeluarkan berbagai cara untuk membuat kita berhenti nonton tivi. Anak pun demikian. Kita akan mengeluarkan berbagai cara agar tetap bisa menonton tivi.

“Nak, matikan tivi itu. Mandi kau!”

“Bentar, Ma. Tunggu iklan.”

“Nak, matikan tivi itu. Mandi terus Makan kau!”

“Bentar, Ma. Tunggu selesai acaranya ini.”

“Nak, matikan tivi itu. Mandi, terus Makan, terus kerjain PR-mu!”

“Bentar, Ma. Tunggu rusak tivinya.”

Mama melepar panci ke tivi. Tivi mati, meledak, terus berasap.

“Nah, udah rusak. Apalagi alasanmu?!!”

*hening seketika...*

Tidak ada komentar: