Hari ini aku kembali, dengan kemasan yang berbeda (makanan?). Aku kembali dengan visi yang semakin buram. Aku sadari semua itu, amarah yang timbul dari hati. Aku kembali dengan pemikiran yang maju. Padahal sebelumnya aku berpikir, aku takkan bisa lagi merangkai kata-kata indah, tapi telah kubuktikan hari ini.
Aku bolos kuliah lagi hari ini. Aku berusaha mengosongkan pikiran, menyendiri di sudut-sudut hati yang kelam dan dingin. Ini bukan kali pertamaku bolos, bolos itu sifat alamiku sejak dari SD sampai saat ini. Karena aku sadar, tak banyak hal berarti yang bisa kuberi untuk ilmu pengetahuan. Yang bisa kuberi hanya kebaikan, ya aku berusaha baik pada setiap orang yang kutemui. Karena menurutku, kebaikan dapat menebar cinta, dan cintaku pada profesiku sungguh dapat menopang kekayaan lahiriah.
Hanya bisa menerawang ke luar jendela, melihat kendaraan yang lalu lalang. Mikrolet yang siap antar jemput mahasiswa yang benar-benar niat cari ilmu. Aku bersyukur teman-temanku masih peduli padaku: “Sholeh, kenapa belakangan kau malas kuliah?”, atau “woi mamen, klo mwko nda hadir smsko kita2 biar diabsenkanko!” Dari situ aku berani menarik kesimpulan, bahwa IQ bukanlah segalanya. Tapi EQ juga penting.
Udah jam 7.30 WITA. Dilema lagi jadinya, kalau ngampus percuma pasti nda dikasi masuk karena terlambat. Nda ngampus juga nda enak, nda bisa ngumpul bareng teman-teman. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, nda rugi jie klo saya nda kuliah. Kenapa bisa? Karena kami masa depan, kamilah pengisi kekosongan. Alangkah ruginya Pemerintah yang membayar demikian besar para master, sementara tak memperhatikan sepak terjang mereka. Lihat apa yang terjadi di kampus? Keadaannya bagaimana? Adem ayem kok! Tapi coba telusuri dalamnya. Anda akan menemukan banyak sekali anjing liberal, yang diselubungi keramahannya.
Seperti guyonannya pak Herbert Hoover (presiden AS ke-31): “Berbahagialah generasi muda, karena merekalah yang akan mewarisi hutang bangsa”. Bahagia apanya? Kami generasi bijak, kami generasi cerdas. Kami tak mau memikul beban, kami tak mau menanggung malu! Akibat dari skenario busuk mafia-mafia pajak itu.
Aku bukan mahasiswa teladan, aku tak punya prestasi, aku tak punya gelar, aku tak punya pacar. Yang kumiliki hanya cinta, yang bisa kutebar setiap saat. Sampai matipun akan selalu benar. Hingga waktu yang menjawab semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar