Selasa, 03 Mei 2011

[ Aku bolos kuliah lagi Blog ]

Hari ini aku kembali, dengan kemasan yang berbeda (makanan?). Aku kembali dengan visi yang semakin buram. Aku sadari semua itu, amarah yang timbul dari hati. Aku kembali dengan pemikiran yang maju. Padahal sebelumnya aku berpikir, aku takkan bisa lagi merangkai kata-kata indah, tapi telah kubuktikan hari ini.

Aku bolos kuliah lagi hari ini. Aku berusaha mengosongkan pikiran, menyendiri di sudut-sudut hati yang kelam dan dingin. Ini bukan kali pertamaku bolos, bolos itu sifat alamiku sejak dari SD sampai saat ini. Karena aku sadar, tak banyak hal berarti yang bisa kuberi untuk ilmu pengetahuan. Yang bisa kuberi hanya kebaikan, ya aku berusaha baik pada setiap orang yang kutemui. Karena menurutku, kebaikan dapat menebar cinta, dan cintaku pada profesiku sungguh dapat menopang kekayaan lahiriah.

Hanya bisa menerawang ke luar jendela, melihat kendaraan yang lalu lalang. Mikrolet yang siap antar jemput mahasiswa yang benar-benar niat cari ilmu. Aku bersyukur teman-temanku masih peduli padaku: “Sholeh, kenapa belakangan kau malas kuliah?”, atau “woi mamen, klo mwko nda hadir smsko kita2 biar diabsenkanko!” Dari situ aku berani menarik kesimpulan, bahwa IQ bukanlah segalanya. Tapi EQ juga penting.

Udah jam 7.30 WITA. Dilema lagi jadinya, kalau ngampus percuma pasti nda dikasi masuk karena terlambat. Nda ngampus juga nda enak, nda bisa ngumpul bareng teman-teman. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, nda rugi jie klo saya nda kuliah. Kenapa bisa? Karena kami masa depan, kamilah pengisi kekosongan. Alangkah ruginya Pemerintah yang membayar demikian besar para master, sementara tak memperhatikan sepak terjang mereka. Lihat apa yang terjadi di kampus? Keadaannya bagaimana? Adem ayem kok! Tapi coba telusuri dalamnya. Anda akan menemukan banyak sekali anjing liberal, yang diselubungi keramahannya.

Seperti guyonannya pak Herbert Hoover (presiden AS ke-31): “Berbahagialah generasi muda, karena merekalah yang akan mewarisi hutang bangsa”. Bahagia apanya? Kami generasi bijak, kami generasi cerdas. Kami tak mau memikul beban, kami tak mau menanggung malu! Akibat dari skenario busuk mafia-mafia pajak itu.

Aku bukan mahasiswa teladan, aku tak punya prestasi, aku tak punya gelar, aku tak punya pacar. Yang kumiliki hanya cinta, yang bisa kutebar setiap saat. Sampai matipun akan selalu benar. Hingga waktu yang menjawab semua.

[ kemana mata ini harus memandang ? ]

Kamu tau kenapa saya suka wanita itu pakai jilbab? Jawabannya sederhana, karena mata saya susah diajak kompromi. Bisa dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata saya ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi.

Dan kamu tau? Di luar sana, kemana arah mata memandang selalu saja membuat mata saya terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat saya tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah. Melihat kedepan ada perempuan berlenggok dengan seutas “Tank Top”, noleh ke kiri pemandangan “Pinggul/udel terbuka”, menghindar ke kanan ada sajian “Celana ketat plus You Can See”, balik ke belakang dihadang oleh “Dada indah/montok menantang!”

Astaghfirullah… Kemana lagi mata ini harus memandang? Kalau saya berbicara nafsu, ow jelas sekali saya suka. Kurang merangsang itu mah! Tapi sayang, saya tak ingin hidup ini dibaluti oleh nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang membuat saya tenang. Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata. Tapi mereka adalah sosok yang anggun mempesona, kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membikin mata panas, membuat iman lepas ditarik oleh pikiran “ngeres” dan hatipun menjadi keras.

Andai wanita itu mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki ketika melihat mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tak mau tampil seperti itu lagi. Kecuali bagi mereka yang memang punya niat untuk menarik lelaki untuk menikmati “aset berharga” yang mereka punya.

Istilah seksi kalau boleh saya definisikan berdasar kata dasarnya adalah penuh daya tarik seks. Kalau ada wanita yang dibilang seksi oleh para lelaki, janganlah berbangga hati dulu. Sebagai seorang manusia yang punya fitrah dihormati dan dihargai semestinya Anda malu, karena penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi Anda, membayangkan Anda adalah objek syahwat dalam alam pikirannya. Berharap Anda melakukan lebih seksi, lebih… dan lebih lagi.

Dan Anda tau apa kesimpulan yang ada dalam benak sang lelaki? Yaitunya: Anda bisa diajak untuk begini dan begitu alias gampangan!

Mau tidak mau, sengaja ataupun tidak Anda sudah membuat diri Anda tidak dihargai dan dihormati oleh penampilan Anda sendiri yang Anda sajikan pada mata lelaki. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada diri Anda, apa itu dengan kata-kata yang nyeleneh, pelecehan seksual atau mungkin sampai pada perkosaan.

Siapa yang semestinya disalahkan? Saya yakin Anda menjawabnya “lelaki” bukan? Oh betapa tersiksanya menjadi seorang lelaki normal di jaman sekarang ini. Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual. Simpel saja, orang pasti akan beli kalau ada yang nawarin. Apalagi barang bagus itu gratis, wah pasti semua orang akan berebut untuk menerima. Nah apa bedanya dengan Anda menawarkan penampilan seksi Anda pada khalayak ramai, saya yakin siapa yang melihat ingin mencicipinya.

Begitulah seharian tadi saya harus menahan penyiksaan pada mata ini. Bukan pada hari ini saja, rata-rata setiap harinya. Saya ingin protes, tapi mau protes ke mana? Apakah saya harus menikmatinya? Tapi saya sungguh takut dengan Dzat yang memberi mata ini. Bagaimana saya mempertanggungjawabkan nanti? Sungguh dilema yang berkepanjangan dalam hidup saya.

Allah Ta’ala telah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nuur:30 – 31).

Jadi tak salah bukan kalau saya sering berdiam di ruangan kecil ini, duduk di depan komputer menyerap sekian juta elektron yang terpancar dari monitor, saya hanya ingin menahan pandangan mata ini. Biarlah mata saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya tak bisa pertanggungjawabkan nantinya di Akhirat.

Jadi tak salah juga bukan? kalau saya paling malas diajak ke mall, clubbing, kafe, dan semacam tempat yang selalu menyajikan keseksian. Saya yakin, banyak laki-laki yang punya dilema seperti saya ini. Mungkin ada yang menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan bingung harus berbuat apa.

Bagi Anda para wanita apakah akan selalu bahkan semakin menyiksa kami sampai kami tak mampu lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian terpaksa mengambil kesimpulan menikmati pemadangan yang Anda tayangkan?

So, saudaraku muslimah berjilbablah… Karena itu sungguh nyaman, tentram, anggun, cantik, mempesona dan tentunya sejuk dimata lelaki.

[ Catatanku ]

Menulis. Ya, menulis! Tapi apa yang mau ditulis? Tidak satu katapun terbersit. Hanya masa lalu yang kuungkit kembali. Dan juga bayangan dirinya yang tak juga bisa hilang dari sisi.

Bangku kuliah, binder, kertas, LCD, laptop. Semuanya membosankan. Daya nalarku terhadap mata kuliah semakin merosot saja tiap harinya. Dosen dan guru besar berkoar-koar menyuarakan SCL (student centre learning), katanya ampuh, membuat mahasiswa semakin aktif. Tapi nyatanya, terkesan dipaksakan, kaku, kolot, tidak siap. Terlalu digenjot materi-materinya, dengan teknologi yang modern (padahal tidak). Dan tidak pada tempatnya. Apakah aku korban? Ya, aku korban. Korban perkembangan zaman yang terlalu masif.

Sampai detik ini, masih belum ada untaian kata yang cukup bagus untuk dituangkan. Tak ada apresiasi. Tak ada sambutan hangat bagi yang berjasa sepenuh hati. Tak ada pengakuan. Bagaimana bisa termotifasi, kalau hanya arogansi yang kuliat tiap hari? “Loe loe gue gue”, “masalah loe derita loe”, “itu sih DL”, dan semua tren-tren tolol anak-anak muda kini yang tak menunjukkan sikap persahabatan.

Kebanyakan teori, kurang aplikasi. Cerdas wacana, tapi tidak peka perasaanya. Hanya sebagian yang paham dengan ceramah kosong dosen di depan kelas saat ini. Wajar, kemampuan setiap manusia berbeda-beda. Tapi kenapa masih ada org di dunia ini yang tidak fleksibel? Memaksakan segala sesuatunya kepada manusia, menggunakan kebersamaan sebagai topeng. Kerbersamaan seperti apakah? Satu asa, satu rasa katanya. Tapi kenapa hasilnya malah terkesan individualis? Ironisnya, sistem SCL tapi kenapa dosen masih sibuk teriak-teriak di depan? Kenapa tidak cari gampangnya aja? Terlalu cepat Anda melaju ke materi baru, padahal materi sebelumnya belum diserap sempurna. Kenapa hanya Anda yang aktif berbicara? Padahal tak satu katapun, gaji Anda tetap jalan.

Anda tidak lebih baik dari para orator yang Anda caci selama ini. Mereka berjuang demi kepentingan rakyat, sedang Anda berjuang untuk kantong sendiri. Mereka mungkin anarkis, tapi Anda egois. Jadi tak perlu menyalahkan siapa pun saat ini.