Senin, 28 September 2009
[diamku untuk airmataku]
Wahai hamba menggapai damai, biarkan aku terdiam sejenak. Aku memerlukan waktu sejenak untuk meneteskan air mataku. Maka tidak pula hanyalah engkau yang menginginkan diam dan tenang. Akupun demikian. Maka sebenar-benar diriki sekarang adalah diriku yang tidak ingin engkau usik. Yaitu ketika aku diam. tetapi ketahuilah bahwa sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa diamku tidak lah sama dengan diammu. Jikalau diammu engkau rasakan sebagai euporia kemenangan. Maka diamku adalah euporia kesedihan. Aku terdiam karena tidak bisa melantunkan kata-kataku. Aku terdiam karena memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis. Tetapi mengapa ketika ketika aku terdiam dan menangis, engkau pergi dari hadapanku?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar